Senin, 27 April 2015

TIPS MENINGGALKAN BAYI ASI DIRUMAH SELAMA SEMINGGU

Bulan November 2014 lalu saya mendapat tugas dari kantor untuk dinas luar ke Phillipina, saat saya mendapat tugas ini ada perasaan yang berkecamuk, diambil apa tidak?? ini kesempatan yang jarang bisa berangkat tetapi ada si kecil yang saat itu masih berumur 9 bulan menunggu dirumah dan tidak pernah saya tinggal semalampun bersama orang. Setiap saya dinas masih didalam negeri, pasti saya bawa dengan segala kerempongannya tentu. hehee... Tapi kalau dinas keluar negeri sangat susah membayangkan harus ikut dibawa juga, tentu pertimbangan biaya, pengasuh saat saya pergi dinas, juga akomodasi disana. 

Atas izin dari suami dan orang tua yang dengan sukarela akan datang ke Palembang buat menjaga, saya pun berangkat ke Phillipina.

Berangkat dinas ini tidak sekedar berangkat tentunya, karena banyak sekali yang harus saya persiapkan, selain materi presentasi disana tentunya.. Hal-hal yang saya persiapkan adalah:

1. Bicara dengan bayi disetiap kesempatan
    Setelah tahu saya akan dinas, saya selalu bilang ke bayi saya kapanpun dan dimanapun, terlebih saat menyusui. "Dek, mama nanti mau pergi kerja agak lama ya ga pulang, dedek nanti mimik pake dot dulu ya, nanti bobo sama oma dulu ya, jangan rewel ya, jangan nangis, mau makan ya". pokoknya saya selalu sugestikan kalimat2 positif saat itu. and its work :)

2. Karena masih ASI tentu saja kita harus menyiapkan ASI yang akan diminum si kecil selama kita pergi
     Karena saya memang sudah punya stok ASIP, saya tidak begitu kejar target dengan ini,, tapi tetap saya lebih rutin pumping karena tetap harus meninggalkan stok ASIP cukup banyak. Bagi ibu2 yang akan meninggalkan bayinya, mungkin bisa dipersiapkan sejak jauh2 hari waktu keberangkatan.

3.  Melatih orang2 yang akan dititipkan bayi kita
     Karena bayi saya MPASI homemade no gula garam, jadi saya benar2 mewanti2 kepada yang akan menjaga anak saya. bahkan saat itu, saya membuat tata cara memasak  makanan bayi menggunakan slowcooker, kukusan, tumisan, dll.. memang terlihat rempong, tapi demi kenyamanan dan ketenangan hati saya saat pergi. 
     Selain makanannya, tata cara pemberian ASIP, cara mencairkan ASIP, cara menghangatkan ASIP, cara sterilisasi botol2 saya buat. karena selama ini, saya selalu menyiapkan semuanya. intinya sedetail mungkin bisa kita siapkan untuk yang dirumah. 

4. Perlengkapan memompa ASI
    Karena saya meninggalkan rumah selama 6 hari, saya membawa 1 coolerbox ukuran 5 liter, dan 1 coolerbag, 6 icegel, 2 icepack, koran, plastik wraping, aluminium foil, apron menyusui, pompa asi, sabun pencuci botol.

5. Surat keterangan menyusui dari dokter, dokumen2 peraturan membawa ASIP dari Transportation Security Administration (TSA)
     Sebenarnya membawa ASIp sudah jelas tertera dalam peraturan penerbangan yang diterbitkan TSA, tetapi agar lebih tenang dan belum tentu semua petugas paham dengan peraturan tersebut lebih baik kita menyiapkan dokumen2 tersebut. Saya membawa surat keterangan menyusui dan membawa ASIp yang ditandatangani oleh dokter kandungan dan oleh dokter anak. Selain itu, saya membawa print out peraturan2 TSA tersebut, sekaligus saya bawa peraturan dr airlines pesawat yang akan kita tumpangi.

6. Siapkan media komunikasi
    Agar kita tenang siapkan media komunikasi sebelum berangkat, misal mau pakai skype, YM, atau viber, lebih baik disiapkan sebelum berangkat dan dicoba terlebih dahulu.

7. Siapkan mental ibu
    Ini sangat penting, ibu yang tenang meninggalkan bayinya dirumah tidak ingat terus akan membuat anak juga tidak rewel. Saya berusaha  tidak mengingat2, untungnya kegiatan disana cukup padat jadi saat sampai hotel saya sudah cukup lelah, sehingga tidak ada waktu untuk bergalau2 ria/ hehehe...
    Kalau ibu kangen bisa videocall dan melihat foto bayinya tentu..

Selamat dinas luar ya ibu2 semua,, yakinkan kalau bayi kita akan baik2 saja di rumah :)

Bagaimana saya bisa membawa ASIP keluar negeri dan dari luar negeri, akan saya posting berikutnya :)

Selasa, 21 April 2015

Bayiku didiagnosis Ventricular Seftal Defect (VSD)

Siapa sih yang ga akan shock, stress, kaget, dan campur aduk perasaannya, saat baru melahirkan, kemudian anak masuk PERINA karena bilirubin tinggi, kemudian bilirubin tersebut ga turun2, dan diduga ada yg aneh dengan jantungnya saat distetoskop oleh dokter anaknya :'(

iya ITU SAYA...

Saya mengalami perasaan yang campur aduk saat itu, dimana kondisi saya belum pulih pasca melahirkan dan anak kami divonis mengalami Ventricular Seftal Defect (VSD).

Kejadiannya bermula saat anak kami di PERINA karena bilirubin tinggi dan ditangani oleh dr. Elvietha Alamanda, SpA. dokter Elvietha merasa ada yang aneh dengan detak jantungnya saat distetoskop dan saat itu dokter meminta kami untuk melakukan tes ecocardiografi (USG jantung) pada anak kami dan ditangani oleh dokter spesialis jantung anak dr. Ria Nova SpA (K).

Dan benar saja saat itu dokter Ria Nova mengatakan anak kami mengalami VSD dengan lubang sekitar 3 mm. Saat itu tidak ada tindakan apa2, dokter mengatakan setiap bulan akan di kontrol dan saat usia 3 bulan akan dilakukan test Ecocardiografi lagi. Anak baru lahir masih akan terus berkembang, sehingga diharapkan lubang pada bilik jantungnya tersebut akan sendirinya menutup. selain itu, selama pertumbuhan anak bagus, tidak bermasalah dengan pernafasannya, lingkar kepala normal, maka tidak perlu cemas.

hasil ecocardhiografi pertama pada saat baru lahir dengan lubang sekitar 3 mm


Sekilas tentang VSD.....

Ventracular Septal Defect (VSD) merupakan salah satu penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir akibat pembentukan jantung yang tidak sempurna pada masa janin dalam kandungan. Dilaporkan angka kejadiannya sekitar 8 – 10 bayi dari 1000 kelahiran hidup. VSD merupakan kelainan jantung yang diakibatkan adanya lubang pada sekat antarbilik jantung. Kondisi ini mengakibatkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung. Kebocoran yang terjadi mengakibatkan sebagian darah kaya oksigen kembali ke paru-paru. Akibatnya, darah rendah oksigen terhalang masuk ke paru-paru. Lubang kecil pada penderita VSD tidak menimbulkan masalah yang berarti pada anak, tapi lubang yang besar dapat mengakibatkan bayi mengalami gagal jantung (doktersehat.com)

Ada 2 golongan yaitu penyakit jantung bawaan tidak biru dan biru. Salah satu contoh penyakit jantung bawaan yang tidak biru adalah VSD atau Ventricular Septal Defect yaitu lubang pada sekat bilik jantung. Kasus lubang pada sekat bilik jantung, adalah penyakit jantung bawaan tidak biru yang sering ditemukan pada anak Indonesia. Salah satunya disebabkan karena masih banyak masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Sehingga saat hamil, tak bisa memenuhi kebutuhan asupan gizi dan dengan lingkungan hidup yang sehat. Selain karena kurangnya dukungan gizi, antara lain merupakan salah satu penyebab tidak sempurnanya pertumbuhan daerah sekat bilik jantung. Virus toksoplasma, rubella, dan paparan radioaktif juga turut menyumbang kemungkinan keabnormalan pembentukan jantung janin. Sedangkan faktor keturunan, walaupun jarang dapat menjadi penyebab terjadinya Ventricular Septal Defect (meetdoctor.com).

Setelah tiga bulan usia anak kami, kami melakukan tes ekokardiografi yang kedua, dan bolong diantara biliknya mulai menutup menjadi sekitar 2,4 mm. Besar sekali harapan kami bilik jantung ini segera menutup :)

Hasil ecocardiografi kedua dengan lubang sekitar 2,4 mm pada usia 3 bulan

kami selalu rutin setiap bulan melakukan kontrol ke dokter spesialis anak, dan alhamdulillah anak kami pun tidak pernah bermasalah dengan berat badan dan tinggi badannya, malah diatas persentil 90% kalau dilihat di growht chart WHO, dan juga tidak pernah bermasalah dengan pernafasannya.

pada saat usia 1 tahun, kami melakukan tes ekokardiografi lagi, saat itu dokter bulak balik tesnya, laamaaa banget, dan alhamdulillah lubang VSD pada anak kami telah menutup dengan sempurna. Alhamdulillah... kami tidak perlu kontrol2 lagi, alhamdulillah :)

Hasil ecocardiografi ketiga, Alhamdulillah lubangnya telah menutup :)

Sekedar informasi biaya echocardiografi di RSIA Hermina Palembang Rp. 675 ribu, dengan biaya dokter anak Rp 191.000.